RESENSI NOVEL
“DUA PASANG MATA”
Judul : Dua
Pasang Mata
Pengarang : Alexandra Leirissa Yunadi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun
Terbit : 2012
Tebal : 274
Halaman
SINOPSIS
Tujuh
tahun yang lalu di Bandung, kecelakaan mobil terjadi. Gara-gara iseng memainkan
setir mobil dan pedal gas, Ralphie Devorian Arras melakukan kesalahan terbesar
dalam hidupnya. Dia merenggut nyawa Viora, adik bungsunya, dan merampas
penglihatan Theola Deviria Arras, adik tersayangnya. Sejak saat itu Theola membenci
kakaknya. Dia menganggap Ralphie telah merampas tiga hal terpenting dalam
hidupnya: sepasang mata untuk melihat keindahan dunia, seorang adik yang paling
manis, dan kepercayaannya akan kasih sayang seorang kakak. Ralphie yang merasa
sangat bersalah memutuskan pergi dari rumah dan tak pernah kembali lagi. Kini,
Ralphie dan Theola bertemu kembali. Dalam keadaaan tidak saling mengenal.
Karena Ralphie menyamar sebagai Rabel, berandalan yang selalu membuat onar. Sesaat
Rabel bahagia dengan identitas barunya, sebab kini dia bisa melindungi Theola
dan menebus kesalahannya. Tapi kebahagiaan itu ternyata tak berlangsung lama.
Sebab Theola yang tak pernah tahu siapa Rabel sebenarnya mulai jatuh cinta
kepada Rabel. Di hari ulang tahun mama Rabel dan Theola, Rabel bertemu dengan
mamanya. Di sana ia meminta suatu permohonan yang tidak mungkin. Rabel ingin
menyumbangkan matanya untuk Theola. Tetapi pikiran Rabel ini ditolak tegas oleh
mamanya. Ketika hari itu sudah berlalu, Arizona, musuh terbesar Rabel datang
menjemput Theola di rumahnya untuk pergi. Tiba-tiba Rabel datang dengan keadaan
mabuk. Ia menarik Theola masuk ke mobil yang dibawanya. Di jalan, kejadian
tujuh tahun itu terulang kembali. Kecelakaan mobil terjadi. Rabel tidak
mengalami luka serius namun Theola harus dioperasi. Rabel yang merasa malu dan
sangat bersalah untuk kali kedua, memutuskan untuk mengalahkan kematian. Ia
menelan sepuluh butir obat tidur. Rabel pun meninggal karena overdosis. Tetapi
sebelum meninggal, Rabel sempat menulis surat yang isinya ingin mendonorkan
matanya kepada Theola apabila ia meninggal. Theola memutuskan menerima hadiah
sepasang mata itu sebagai tanda sayang pada Rabel. Theola melakukan operasi dan
berhasil. Ia dapat melihat kembali. Tetapi Theola sadar bahwa pemberian itu bukan
hanya sepasang mata melainkan dua pasang mata. Sepasang mata untuk melihat
indahnya dunia yang warna-warni dan sepasang mata lagi untuk mengizinkan
hatinya kembali melihat dan mempercayai kebesaran kasih sayang seorang kakak
yang mungkin ada di dunia ini.
KELEBIHAN DAN
KEKURANGAN NOVEL
1.
Kelebihan
Kelebihan dari novel ini adalah alur
cerita novel dua pasang mata ini tidak mudah ditebak. Pembaca dituntut untuk
pandai-pandai memahami jalan ceritanya agar pembaca tidak merasa bosan. Isi
cerita novel ini berbeda dari novel lain yang kebanyakan menceritakan tentang
kisah percintaan, tetapi novel ini menceritakan tentang kasih sayang seorang
kakak kepada adiknya. Karakter tokoh pada novel ini tidak
monoton. Novel ini memiliki daya
imajinasi yang tinggi.
Dengan
cepat theola terseret dalam imajinasi. Dalam dunia tanpa warna dan bentuk yang
ada di pandangannya.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.138
2.
Kekurangan
Kelemahan novel ini adalah ide cerita
sudah bagus, tetapi moral yang kurang pas. Setelah semua cara dilakukan untuk
mendapatkan pengampunan, endingnya sang kakak bunuh diri dahulu baru
mendapatkan maaf dari sang adik. Novel ini masih menggunakan kertas buram.
Bahasanya masih tampak kaku. Dalam cerita juga menggunakan kata-kata yang kasar.
“Goblok!
Malah bengong! Cepat kejaaarr!” pekik iren marah
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.151
KRITIK
Ø Pendekatan
Objektif
·
Tema
Tema dalam novel ini adalah Pengorbanan dan
kasih sayang. Novel ini bertema pengorbanan dan kasih sayang karena novel ini bercerita
tentang seorang kakak yang sangat menyayangi adiknya dan rela mengorbankan
kebahagiaannya demi mendapatkan maaf dari sang adik. Dan juga rela memberikan
sepasang matanya untuk sang adik.
·
Tokoh dan Penokohan
1. Ralphie
Devorian Arras (Rabel)
a) Baik
Ralphie
berlari naik ke panggung. Dia menatap Theola hangat dan penuh kasih. Tangannya
kemudian terulur. Menyentuh bulir air mata Theola dengan sangat perlahan,
berusaha mengeringkan alirannya yang tak kunjung usai sambil menghibur Theola
dengan kalimat-kalimat indahnya
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.11
b) Penyayang
“Iya,
Theo… Jangan pernah kuatir. Jangan pernah takut. Ada aku. Aku akan selalu
menjaga kamu…”
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.11
c) Nakal
Ralphie
yang merasa kesal dan bosan, tiba-tiba mendapat sebuah ide di benaknya. Ia
berpindah ke bangku pengemudi. Dengan wajah ceria, Ralphie menarik mundur
tongkat persneling dan menginjak pedal gas. Mobil melaju kencang dan akhirnya
menyerempet pohon tua di tepi jalan.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.13
d) Pemalak
Salah satu dari
kedua cewek culun itu tergesa-gesa merogoh saku dan mengeluarkan uang dua puluh
ribuan. Tangannya gemetar tak keruan saat meletakkan uang itu di atas tangan
Rabel.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.21
e) Pengecut
Theola semakin
mendekatinya. Rabel menjadi semakin kalut. Dan dalam keadaan terdesak itulah
muncul ide di kepalanya begitu saja, entah dari mana. “Gini aja. Bilang gue
temen main lo. Nama gue Rabel. Yang lainnya bisa kita obrolin setelah ini. Yang
jelas… Jangan sekali-sekali elo bilang gue Ralphie, kakak kandungnya yang
paling dia benci di dunia, yang udah merenggut penglihatan dan adiknya!”
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.34
f) Bodoh
“Gue gak naek
kelas 2 tahun dan akhirnya gue di DO sama kepala sekolah,” tutur Rabel terus
terang.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.75
g) Rela Berkorban
Theola… telah
kukalahkan kematian untukmu. Telah kulewati perampas keberanianmu itu. Dan kini
kamu telah bebas. Jadi, kupersembahkan sepasang mataku untukmu. Agar kamu bisa tersenyum lagi.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.265
2.
Theola Deviria
Arras (Theola)
a)
Periang
Theola tertawa
mendengar celotehan kedua sahabatnya itu.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.19
b)
Mudah Bergaul
“Hai, Rabel.
Senang banget masih ada yang pengin kenalan sama gue,” kata Theola sambil
tersenyum lebar.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.36
c)
Penurut
Lalu Theola
berbicara di telepon, dengan kalimat pertama berbunyi, “Halo, iya Mama…” dan
diakhiri dengan, “Iya… theola pulang sekarang… Daah…”
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.41
d)
Tidak Mudah
Dipengaruhi
“Lagi pula…, gue
juga nggak bego-bego amat. Gue tau banget, cewek kayak gue udah pasti bukan
cewek yang bisa bikin cowok jungkir-balik naksir gue cuma dalam dua-tiga kali
bertemu.”
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.95
e)
Munafik
Bertemu dengan
Ralphie? Merindukan Ralphie? Sunggukah keinginan itu tak pernah ada di dalam
hatinya? Theola berharap dia bisa menjawab tidak. Nyatanya, dia sendiri tidak
yakin dengan jawabannya. Karena, bukan satu-dua kali Theola tidur terlentang
menghadap langit-langit kamarnya. Sambil berpikir, di mana kira-kira Ralphie
berada? Apa yang dilakukannya sejak dia lari dari rumah? Di mana dia tinggal?
Gimana cara dia bertahan hidup? Tetapi Theola langsung menepisnya jauh-jauh dan
bersikap tak penah peduli di hadapan orang lain.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.107
3.
Marva
a)
Punk
Kembaran Adiel
itu penampilannya sangat funky. Rambutnya di cat warnah merah cherry dan lebih
panjang di sebelah kanan. Dagunya bertindik. Begitu pula alisnya.
Sebentar-sebentar keluar gelembung permen karet dari mulutnya. Kelopak matanya
diwarnai dengan eye shadow warna hitam.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.18
b)
Setia Kawan
Marva dan Adiel
sahabar terbaik Theola. Walaupun selama ini tinggal berbeda kota, hubungan
Theola dan si kembar itu tidak pernah renggang. Setiap Theola ke Jakarta,
mereka selalu menyempatkan diri jalan bareng. Begitu pula jika Marva dan Adiel
datang ke Bandung khusus untuk mengunjungi Theola. Intinya, persahabatan Marva,
Adiel, dan Theola tak bisa dipisahkan jarak dan waktu.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.20
c)
Perhatian
“Rabel!
Pokoknya, elo akan liat! Gue akan temuin cara buat ngubah elo! Gue janji!”
pekik Marva pantang menyerah.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.24
d)
Keras Kepala
Tapi
Marva rupanya cukup keras kepala. Dia tak terlihat gentar sedikit pun. Malahan,
dia kini melipat tangannya dan mulai berceramah. “Nggak bisa, Bel… Itu namanya
kita nipu Theola. Pokoknya gue gk mau ngebohongin Theola terus-terusan. Dia kan
sahabat terbaik gue.”
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.79
f) Berani
Dan saat Rabel
baru membelalakkan matanya untuk protes… Marva tiba-tiba telah melemparkan
dirinya. Cewek itu memejamkan matanya dan… bibirnya langsung mengecup bibir
Rabel.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.172
4. Adiel
a) Setia Kawan
Marva dan Adiel
sahabar terbaik Theola. Walaupun selama ini tinggal berbeda kota, hubungan
Theola dan si kembar itu tidak pernah renggang. Setiap Theola ke Jakarta,
mereka selalu menyempatkan diri jalan bareng. Begitu pula jika Marva dan Adiel
datang ke Bandung khusus untuk mengunjungi Theola. Intinya, persahabatan Marva,
Adiel, dan Theola tak bisa dipisahkan jarak dan waktu.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.20
b)
Perhatian
“Tenang… Tenang…
Gue akan jaga elo, Theo,” kata Adiel menenangkan, saat merasa Theola mempererat
genggaman tangannya.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.56
5.
Arizona
a)
Baik
Tapi Arizona
tidak menjawab. Dia berjalan ke arah Theola dan membantunya berdiri.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.64
b)
Suka menggombal
“Datang ke rumah
cewek cantik, pasti harus rapi dong?” godanya sambil melirik Theola, berharap
melihat pipi Theola sedikit merona, kalau perlu sampai merah padam
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.92
c)
Cerdas
Theola pun tak
memungkiri kehebatan Arizona dalam mengambil hati orang. Orang tuanya yang
biasa superprotektif dibuat tidak berdaya oleh Arizona.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.134
d)
Rela Berkorban
Tepat sebelum
kesadaran Theola menghilang, tiba-tiba Arizona menabraknya. Arizona menghimpit
Theola dan melindungi Theola dari pukulan bertubi-tubi itu. Lantas tak aneh,
tak ada sakit yang Theola rasakan.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.144
6.
Iren
a)
Cemburuan
“Itu dia
orangnya, cewek ganjen yang mau ngerebut cowok orang!” seru Iren dengan suara
lantang.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.59
b)
Jahat
“Udah, kerjain
tuh cewek sampe sadar kalo dia jangan seenaknya aja ngerebut cowok gue,” bentak
Iren pada kedua temannya.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.59
c)
Kejam
Iren baru
menghentikan preman-premannya memukuli Arizona setelah melihat Arizona sudah
babak belur tidak berdaya. Kemudian ia meninggalkan begitu saya kakak tirinya
itu yang tergolek pingsan di pinggir jalan.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.143
·
Latar
1.
Tempat
a)
Kafe
Suasana
hiruk-pikuk menyergap Theola begitu kakinya menginjak bagian dalam kafe itu.
Sekalipun tak bisa melihat bentuk, Theola tahu kafe itu cukup terang dan padat
pengunjung.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.29
b)
Sekolah
Benar dugaan Theola,
pensi sekolah adiel luar biasa ramai. Saat ditinggal adiel menonton konser itu
theola berdiri disudut sekolah untuk menunggu adiel menemuinya lagi.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.56
c)
Gudang Sekolah
Sepertinya
mereka berada di gudang sekolah, lagi-lagi Theola menyimpulkan.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.60
d)
Rumah
Mama dan Papa
theola tertawa kecil sebelum kemudian masuk ke dalam rumah. Meninggalkan theola
dan Arizona dihalaman rumah.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.92
e)
Toko Buku
“Hei,
Doraemon!!!” sapaan itu membuat Theola menghentikan langkahnya keluar dari took
buku.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.98
f)
Gedung Teater
Sekitar tiga
puluh menit kemudian, arizona menarik theola masuk keruangan ber-AC, theola
bisa merasakan, tempat ini jelas bukan rumah tempat mereka bisa menyetel DVD.
Tempat ini lebih mirip bioskop atau gedung pertunjukkan.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.135
g)
Rumah Sakit
Sekalipun
sebelah kakinya dipasang pen dan terangkat ke atas, serta tampak beberapa
jahitan yang bahkan belum dilepas, Arizona sungguh tak mirip pasien yang
membutuhkan perawatan intensif dirumah sakit saat ini.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.192
2.
Waktu
a)
Sore Hari
Arizona segera
menyalami Mama dengan hangat. “sore, tante,” katanya sopan.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.91
b)
Malam Hari
“Mama ada-ada
aja. Mau ngomong sama siapa Theo malam-malam begini?”
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.114
c)
Pagi Hari
Pagi-pagi,
Theola terbangun dengan kaget. Rasanya, dia tidur lebih lama dari biasanya.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.126
3.
Suasana
a)
Menegangkan
Mobil itu
menerobos derasnya air hujan dengan gerakan oleng. Dibalik kemudi, Ralphie
masih sempat merasa panik. Tapi belum juga dia sempat mencoba menghentikan
mobil itu…. BRAAAKK! Mobil itu menyerempet pohon tua di tepi jalan. Sebelum
akhirnya terguling, kemudian hampir seluruhnya masuk parit.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.14
b)
Menyenangkan
Memejamkan
matanya dan mendengarkan sambil membayangkan apa yang kira-kira ada di benak
Theola saat itu. Dan ketika Theola bertepuk tangan sambil berdiri di akhir
cerita, Arizona yakin dia belum pernah merasa begitu bahagia seperti saat ini.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.140
c)
Mengharukan
Kuberikan apa yang masih bisa
kuberikan padamu, kulakukan apa yang masih bisa kulakukan padamu, kematian ku
kalahkan untukmu dan sepasang mata kuberikan padamu.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.265
d)
Romantis
Dalam hati
Theola menyadari, tak akan pernah ada pemandangan yang lebih indah daripada
sepasang mata Arizona yang menatap penuh cinta padanya.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.273
·
Sudut Pandang
Sudut pandang novel ini
menggunkan sudut pandang orang ketiga serba tau.
·
Alur
Alur
yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju, karena dalam novel ini
dimulai dari perkenalan, timbul suatu masalah, puncak masalah, selanjutnya
yaitu solusi dari masalah tersebut.
·
Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel ini
adalah dendam bukan hal yang
baik untuk menyelesaikan masalah. karena dendam hanya membuat kita menyesal
pada akhirnya. Dan jangan menyia-nyiakan kasih sayang seseorang yang tulus
mereka berikan kepada kita , Karena belum tentu kita akan mendapat kasih sayang
itu di lain kesempatan.
·
Pendekatan
Psikologi
Pendekatan psikologi dalam novel ini
terletak pada tokoh Theola yang memiliki tekanan batin semenjak ia mengalami
kecelakaan yang membuat dirinya kehilangan penglihatan.
“Sori. Elo… elo pasti kaget, ya?
Elo pasti nggak pernah tau orang lain yang punya penyakit kayak gue, ya?”
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.120
·
Pendekatan
Pragmatis
Pendekatan Pragmatis [ada novel ini
yaitu terletak pada tokoh Theola yang mampu mendeskripsikan dan menghafal
setiap baju yang ia punya meskipun tidak dapat melihat, hanya mengandalkan
imajinasinya.
Di semua label baju Theola telah
terjahit potongan kain beragam jenis dengan permukaan berbeda yang telah Theola
hafalkan. Jadi Theola dapat mendeskripsikan setiap baju yang dipakainya dengan
baik.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.133
·
Pendekatan
Mimesis
Pendekatan Mimesis pada novel ini yaitu
terletak pada tokoh Theola yang selalu bersyukur pada keadaanya dan tidak putus
asa akan keadaannya. Belajar menerima kekurangannya dengan cara menggunakan
imajinasi yang ia miliki untuk mendeskripsikan sesuatu di kehidupan
sehari-hari.
Dengan cepat
Theola terlarut. Dengan cepat Theola terseret dalam imajinasi. Dalm dunia tanpa
warna dan bentuk yang ada di pandangannya , Theola samar-samar mulai melihat
beragam gambar bergerak cepat, kisah film AADC dalam versi fantasinya sendiri.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.138
·
Pendekatan Moral
Pendekatan moral pada
novel ini yaitu terletak pada tokoh Rabel yang perilakunya tidak baik dan sudah
menyalahi aturan di kehidupan, dengan cara bunuh diri.
Tangan Rabel
merobek tutup botol bening air mineral. Kemudian meraih botol biru terang dan menuangkan
puluhan butiran putih ketangannya. Lalu tanpa sedikitpun keraguan, Rabel
memasukkan semua butiran putih itu kemulutnya. Dan menenggak sebotol air
mineral itu hingga habis.
Leirissa,Alexandra.,2012,hlm.250
TANGGAPAN TERHADAP NOVEL
Novel genre Teenlit
berjudul “Dua Pasang Mata” karya Alexandra Leirissa Yunadi merupakan suatu
novel yang patut diacungi jempol. Banyak hal-hal yang menarik dalam cerita
novel ini. Karakter tokohnya juga tidak monoton. Bahasanya bahasa anak muda.
Cerita dalam novel ini saling berkaitan dan membuat pembacanya menjadi
penasaran dengan akhir ceritanya. Sangat bagus, menyentuh, dan berkesan. Banyak
pelajaran yang bisa diambil dari novel ini. Namun sayang kelemahannya cuma satu
dimana bahasanya masih terkesan agak kaku meskipun sudah bahasa anak muda.